REVIEW ARTIKEL
Review
dilakukan terhadap artikel sebagai berikut:
1.
|
Penulis
|
:
|
Bethy C.
Matahelumual
|
Tahun
|
:
|
2010
|
|
Judul
|
:
|
Kajian Kondisi Air
Tanah di Jakarta tahun 2010
|
|
Jurnal
|
:
|
Jurnal Lingkungan dan
Bencana Geologi
|
|
Vol. dan halaman
|
:
|
Vol. 1, No. 3, Desember
2010, halaman : 131 – 149
|
|
|
|
|
|
2.
|
Penulis
|
:
|
Litanya Octonovrilna
dan I Putu Pudja
|
Tahun
|
:
|
2009
|
|
Judul
|
:
|
Analisa Perbandingan
Anomali Gravitasi dengan Persebaran Intrusi Air Asin (Studi Kasus Jakarta
2006 – 2007)
|
|
Jurnal
|
:
|
Jurnal Meteorologi
dan Geofisika BMKG
|
|
Vol. dan halaman
|
:
|
Vol. 10 No. 1, Juli
2009, halaman : 39 - 57
|
|
|
|
|
|
3.
|
Penulis
|
:
|
P. Nugro Rahardjo
|
Tahun
|
:
|
2009
|
|
Judul
|
:
|
Masalah Banjir
Sebagai Akibat dari Buruknya Sistem Pengelolaan DAS
|
|
Jurnal
|
:
|
Jurnal Hidrosfir
Indonesia
|
|
Vol. dan halaman
|
:
|
Volume 4 No.1, April
2009, halaman 1 - 8
|
A. PENDAHULUAN
Sumber daya air adalah sumber daya
berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi
penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas
lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar. Paling
sedikit ada tiga permasalahan mengenai sumber daya air di Jakarta yaitu
kualitas air tanah, intrusi air laut/asin dan banjir.
Air tanah termasuk sumber daya alam
yang dapat diperbaharui, meskipun memerlukan waktu lama puluhan hingga ribuan
tahun. Apabila air tanah tersebut telah mengalami kerusakan kuantitas dan
kualitasnya, maka proses pemulihannya selain memerlukan waktu lama juga
biayanya tinggi dengan teknologi yang rumit. Itupun belum tentu kembali ke
kondisi semula. Laju perkembangan Kota Jakarta yang pesat pada setiap sektor
kehidupan menyebabkan meningkatnya kebutuhan air bersih, diperkirakan 70%
berasal dari air tanah. Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah
terganggu, maka terjadi pergeseran pada siklus hidrologi yang terdapat di
daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi dalam bentuk peningkatan
dan pengurangan pada salah satu subsistemnya. Terganggunya subsistem air tanah
di suatu daerah akan mengakibatkan menurunnya kuantitas dan kualitas air tanah
di daerah tersebut, dan selanjutnya mengakibatkan penurunan kesejahteraan hidup
masyarakat.
Intrusi
air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan
mencemari air tanah yang terkandung didalamnya,
Proses masuknya air laut mengganti air tawar disebut sebagai intrusi air
laut. Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air
laut dan upconning. Intrusi air laut telah terjadi di beberapa tempat, terutama
daerah pantai. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas
yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan,
karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta
fluktuasi air tanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa
dilakukan pengambilan air tanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah
masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi
dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Banjir
adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan. Banjir juga diartikan sebagai perendaman sementara oleh air pada
daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir",
kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh
volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau
menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir juga dapat
terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di
kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang
dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat
dihindari dengan cara pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain,
orang-orang tetap menetap dan bekerja di dekat sungai untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat
perairan. Masyarakat Jakarta yang terus menetap di wilayah rawan banjir adalah
bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat
banjir periodik.
Permasalahan
sumber daya air di Jakarta ini kemudian diangkat oleh penulis dengan mengkaji
satu persatu masalah menggunakan analisis dan pendekatan-pendekatan ilmiah.
B. TUJUAN
1. Mengetahui
kualitas air tanah di Jakarta dan sekitarnya.
2. Mendeteksi
arah pergerakan dari intrusi air asin dan besar nilai kepayauan air di berbagai
titik di Jakarta
3. Mensosialisasikan
penyebab terjadinya banjir dan sekaligus mencari solusi melalui cara seoptimal
mungkin dalam upaya penanggulangan masalah banjir
C. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Kualitas Air Tanah di Jakarta
Metode
yang digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas air tanah di CAT Jakarta
ini adalah analisis data primer yang berasal dari tujuh puluh percontoh air
pada Sistem Akuifer Tidak Tertekan (kedalaman sumur < 40 meter), Tertekan
Atas (kedalaman sumur antara 40 dan140 meter) dan Tertekan Bawah (kedalaman
sumur > 140 meter). Kuantitas air tanah dilihat dari sebaran kedalaman sumur
dan kedudukan muka air tanah (gambar 1) sedangkan kualitas air mengacu pada
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Standar Kualitas Air Minum dan sistem Storage and Retrieval (STORET)
(Canter, 1977) tentang Klasifikasi Mutu Air Tanah. Analisis contoh air mengacu
pada Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater (APHA,
1995) dan Standard Nasional Indonesia (BAPEDAL, 1994).
Kualitas
air yang telah mengalami intrusi air laut dan berasa payau hingga asin umumnya
ditemukan di daerah pantai Jakarta Utara, baik pada akuifer tidak tertekan,
akuifer tertekan atas, maupun akuifer tertekan bawah, dan ada juga yang
ditemukan di Bekasi Utara dan Jakarta Barat. Tingkat kegaraman air tanah pada
setiap sistem akuifer di CAT Jakarta pada periode 2010 yang ditentukan
berdasarkan angka daya hantar listrik, kadar ion natrium, khlorida, dan zat padat
terlarut dapat dilihat sebagai berikut :
· Pada
sistem akuifer tidak tertekan, air payau ditemukan pada Kantor Kelurahan Kamal
Muara dan PT. Multi Megah Mandiri, dengan harga daya hantar listrik
berturut-turut 1992 μS/cm dan 2510 μS/cm, kadar ion klorida 324,5 mg/l dan
994,7 mg/l, sedangkan kadar zat padat terlarut yaitu 1516 mg/l dan 1908 mg/l.
Kedua sumur ini berada di Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Kapuk Jakarta Utara.
Air yang berasa asin ditemukan pada sumur gali milik Sahroni, dengan nilai daya
hantar listrik 3690 μS/cm, kadar ion klorida 438,0 mg/l, dan zat padat terlarut
2800 mg/l. Sumur ini terletak di Kelurahan Pantai Makmur, Kecamatan Taruma
Jaya, Bekasi Utara.
· Pada
sistem akuifer tertekan atas, air payau ditemukan pada sumur bor pantau milik
Masjid Nurus Syifa, Desa Sunter Jaya, Kecamatan Sunter, Jakarta Utara; harga
daya hantar listrik 1970 μS/cm, kadar ion natrium 420,0 mg/l, ion klorida 252,8
mg/l, sedangkan kadar zat padat terlarut yaitu 1498 mg/l.
· Pada
sistem akuifer tertekan bawah, air payau ditemukan pada PT. ABC Batteiy,
Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat dengan harga
daya hantar listrik 2060 μS/cm, kadar natrium 284 mg/l, klorida 412,5 mg/l dan
zat padat terlarut 1566 mg/l. Percontoh air milik Mess Tongkol 10 yang berada
di Kelurahan Ancol, Kecamatan Ancol, Jakarta Utara berasa asin, dengan harga
daya hantar listrik 3270 μS/cm, kadar natrium 700 mg/1, klorida 44. Dari Seluruh
percontoh air yang diambil dan dianalisis tidak ada yang memenuhi persyaratan
kualitas air minum secara fisika kimia.
Berdasarkan
hasil analisis kualitas air tanah yang kemudian dinilai dengan penilaian Sistem
STORET diperoleh skor -104 pada akuifer tak tertekan, skor -86 pada akuifer
tertekan atas, dan skor -70 akuifer tertekan bawah. Skor yang diperoleh pada
ketiga jenis akuifer melebihi -31 yang berarti masuk kelas D atau Buruk. Jadi
jika diurutkan skor Sistem STORET yaitu -104 > -86 > -70 maka secara
berturut-turut mulai dari yang terburuk-lebih buruk-buruk yaitu sistem akuifer
tak tertekan-akuifer tertekan atas-akuifer tertekan bawah.
2. Intrusi Air Laut di Jakarta
Jakarta
merupakan kota yang berada ditepi pantai, dimana memiliki struktur geologi yang
cukup unik berupa cekungan yang berisi bermacam endapan. Pada jaman Holosen sepanjang
pantai utaranya pernah tertutup lautan sehingga mengendapkan sedimen laut dangkal
yang memiliki salinitas tinggi, serta sekumpulan air yang terjebak dalam proses
geologi yang disebut Conate Water
(air purba). Sekumpulan air ini memiliki konsentrasi kegaraman yang sangat
tinggi, serta tekanan yang tinggi. Eksploitasi air tanah yang berlebihan dari
aquifer memaksa conate water tersebut
keluar menggantikan air tanah tawar menyebabkan intrusi laut terjadi. Efek
lanjutan dari eksplotasi air tanah ini ialah subsidensi yang terjadi dengan
adanya kontribusi dari penekanan bobot gedung bertingkat terhadap lapisan
tanah. Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat mendeteksi percepatan
intrusi air asin yang terjadi dalam bawah permukaan tanah dan seberapa luas
persebarannya.
Intrusi air asin
adalah suatu peristiwa penyusupan air asin ke dalam aquifer di mana air asin menggantikan
atau tercampur dengan air tanah tawar yang ada di dalam akuifer. Istilah intrusi
air asin (saline/salt water) sebetulnya mencakup hal yang lebih luas dibandingkan
pengertian dari istilah intrusi air laut (sea water intrusion/encroachment) karena
air asin tidak hanya berupa/berasal dari air laut. Intrusi air asin dapat
terjadi di mana saja, bahkan di daerah pedalaman (inland). Air asin adalah
semua air yang mempunyai kadar kegaraman yang tinggi. Tingkat kegaraman
biasanya dicerminkan dari total kandungan zat terlarut (total dissolved solids
-TDS). Air tanah tawar mempunyai TDS kurang dari 1000 mg/l. Sementara air tanah
payau/asin TDSnya lebih dari 1000 mg/l. Kandungan unsur Cl- yang tinggi umumnya
didapati pada air asin. Air asin adalah pencemaran yang paling umum ke dalam
air tanah.
Air asin di
dalam akuifer dapat berasal dari : (Journal Hydraulics, ASCE, 1969)
·
Air laut di daerah pantai,
·
Air laut yang terperangkap dalam lapisan
batuan yang diendapkan selama proses geologi (conate water),
·
Garam di dalam kubah garam, lapisan tipis
atau tersebar di dalam formasi geologi (batuan),
·
Air yang terkumpul oleh penguapan di laguna,
empang atau tempat-tempat lain yang terisolasi,
·
Aliran balik ke sungai dari lahan irigasi,
·
Limbah asin dari manusia.
Penyusupan ini
akan menyebabkan air tanah tidak dapat dimanfaatkan, dan sumur yang
memanfaatkannya terpaksa ditutup atau ditinggalkan. Intrusi sebenarnya baru
akan terjadi karena adanya aksi, dalam hal ini pengambilan air tanah. Intrusi
adalah reaksi dari aksi tersebut, dan mengubah keseimbangan hidrostatik alami
antar-muka (interface) air tanah tawar dan air asin.
Anomali
Selisih g Observasi
Dari peta
anomali Selisih g Observasi terlihat wilayah Jakarta secara umum memiliki nilai
anomali dalam rentang -0.340781656 s.d 0.21225204 mgal. Pada gambaran peta anomali,
anomali g Observasi tinggi terlihat mulai dari sebelah timur laut Jakarta,
serta terkonsentrasi pada bagian pusat Jakarta. Penulis mencoba membandingkan
dengan informasi persebaran gedung tinggi di Jakarta, dimana diketahui bahwa
pemusatan gedung tinggi di Jakarta sebagian besar terpusat diwilayah tengah,
yaitu kecamatan Setiabudi, Menteng, Gambir, Tanah abang, Grogol Petamburan.
Dapat disimpulkan telah terjadi subsidensi didaerah-daerah tersebut akibat dari
eksploitasi air tanah berlebih yang menimbulkan kekosongan massa yang cukup besar,
serta didukung pula oleh tekanan dari gedung-gedung bertingkat. Hal tersebut
barubaru ini terjadi di kawasan Sarinah, dimana terjadi amblesan disalah satu
bagian bangunannya.
Anomali rendah
yang tersebar diseluruh bagian Jakarta, kecuali Barat, Pusat dan Timur laut
Jakarta mengindikasikan adanya kekosongan massa yang cukup besar dalam periode
2006-2007, ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya aliran fluida yang keluar
dari dalam aquifer ke permukaan. Yang tidak didukung dengan pengisian kembali
oleh air hujan. Namun di daerah tersebut belum tampak terjadinya subsidensi.
Tingkat
Kepayauan Air Jakarta
Peta hasil
pengolahan data yang penulis dapatkan berdasarkan nilai klorin sebagai salah
satu indikasi kepayauan air di berbagai titik di jakarta, menunjukan bahwa
adanya kontur nilai tertinggi terkonsentrasi pada bagian barat laut Jakarta,
ini membuktikan kebenaran adanya intrusi air asin di daerah tersebut. Arah kontur
peta hasil kepayauan air yang mengarah ke selatan, jika dibandingkan dengan
peta jalur aliran sungai, terlihat bahwa adanya hubungan antara jalur air
sungai dengan sifat kimiawi kepayauan air tanah di bawahnya, namun pengaruhnya
hanya sedikit.
Dapat disimpulkan
bahwa terjadi intrusi air asin disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam skala
kecil. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa intrusi tersebut bukan
berasal dari air asin, melainkan limbah pencemaran lingkungan yang terkandung
dalam air sungai.
Perbandingan
Hasil Pemetaan Selisih G Obs dengan Pemetaan Kepayauan Air Serta Data Pendukung
Lainnya
Berdasarkan peta
kepayauan air terlihat bahwa nilai kepayauan air tertinggi terdapat pada bagian
barat laut jakarta, daerah ini sesuai dengan pemetaan daerah anomali gravitasi
terendah. Hal ini mengindikasikan adanya intrusi air asin yang berasal dari
daerah tersebut menuju ke pusat. Namun yang patut dipertanyakan adalah mengapa
nilai kepayauan ekstrim ini tidak menyebar secara merata diseluruh pantai utara
melainkan hanya terdapat pada bagian barat saja. Maka penulis mencoba
membandingkan dengan sejarah geologi dari beberapa literatur yang menyebutkan
bahwa daerah Cengkareng, Sunter, hingga Gambir pada jaman Holosen terendam oleh
Laut Jawa yang kemudian mengalami proses geologi membentuk sedimen laut yang
memiliki salinitas tinggi, juga sekumpulan air yang terjebak dalam lipatan yang
disebut Conate water (air purba). Conate
water ini memiliki kadar salinitas yang tinggi juga tekanan yang tinggi. Conate water tidak akan mempengaruhi air
tanah jika tidak terjadi pengambilan air tanah secara berlebihan. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa intrusi air asin yang terjadi didaerah tersebut disebabkan
oleh pengaruh conate water yang mempengaruhi air tanah sekitarnya.
Kemudian pada
peta anomali selisih g observasi terdapat anomali gravitasi tinggi dikawasan timur
laut Jakarta, pada daerah yang sama terdapat kontur kepayauan yang cukup tinggi.
Selain itu dilihat dari data geografi dikatakan bahwa didaerah tersebut merupakan
daerah yang memiliki bangunan yang tinggi serta komplek pabrik yang menyedot
air tanah besar-besaran, seperti didaerah Kelapagading, Pulogadung, dsb. Ini mengindikasikan
bahwa daerah tersebut telah terjadi subsidensi dan telah terpengaruh intrusi yang
diakibatkan air laut. Didaerah tersebut juga merupakan daerah rawan banjir
terbesar di Jakarta.
Perkiraan arah
pergerakan intrusi air asin ini dimulai dari bagian barat Jakarta yang akan
terus menuju ke bagian pusat Jakarta dimana memiliki kekosongan massa, juga tekanan
yang rendah. Percepatan laju intrusi air asin ini sejalan dengan eksploitasi
air tanah yang terus menerus, akibat porositas batuan yang besar.
Dalam kaitannya
dengan tekanan, subsidensi dapat menghambat laju intrusi air asin, dikarenakan
gaya yang mendorong kebawah lapisan bumi menambah tekanan yang sempat hilang
akibat eksplotasi air tanah, namun hal tersebut menjadi salah satu faktor dimana
terdapat faktor - faktor lain yang mempengaruhi.
3. Masalah Banjir di Jakarta
Banjir adalah
masalah berat yang sangat pelik bagi sebagian besar wilayah di Indonesia.
Setiap musim hujan tiba, kota-kota dan daerah di Pulau Jawa bagian utara selalu
menjadi korban bencana banjir. Meluapnya banjir yang terjadi bisa mencapai
beberapa kali dalam setiap musim hujan dan bahkan setiap banjir yang terjadi
ada yang berdurasi lebih dari 3 hari lamanya. Akibatnya kerugian yang sangat
besar harus ditanggung oleh seluruh komponen, baik masyarakat, sektor swasta
maupun pemerintah daerah. DKI Jakarta tidak terlepas dari per-masalahan banjir
ini. Hari Jumat, 1 Februari 2008 Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek)
memperoleh curah hujan yang sangat tinggi, sehingga banjir besar terjadi
dimana-mana.
Ada tujuh
penyebab banjir di Jakarta yaitu :
·
Pembangunan yang tidak berwawasan
lingkungan
·
Tidak adanya pola hidup bersih di
masyarakat
·
Tidak adanya perencanaan dan
pemeliharaan sistem drainase yang baik
·
Tidak adanya upaya konservasi faktor
penyeimbang lingkungan air
·
Tidak adanya konsistensi pihak berwenang
dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
·
Terjadinya penurunan muka tanah
·
Curah hujan yang sangat tinggi
Penanggulangan
masalah banjir bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Konsistensi pembangunan berwawasan
lingkungan
·
Pola hidup bersih
·
Penerapan konsep “Water Front Villages”
·
Penerapan “One River One Management”
·
Pembuatan Resapan
·
Pencegahan Land Subsidence dengan cara Ground
Water Injection
·
Peningkatan Koordinasi di antara seluruh
Stakeholder
D. KESIMPULAN
1.
Hasil analisis kualitas
air tanah di CAT Jakarta tahun 2010 menunjukkan bahwa tidak ada percontoh air
tanah yang memenuhi persyaratan kualitas air minum, baik itu sumur gali, sumur
pantek, sumur bor produksi, maupun sumur bor pantau sebagai sumber air minum.
Kualitas air tanah di CAT Jakarta berdasarkan sistem STORET berturut-turut
mulai dari yang buruk, lebih buruk dan sangat buruk adalah akuifer tertekan
bawah, akuifer tertekan atas dan akuifer tak tertekan.
2.
Anomali gravitasi dapat dijadikan
sebagai indikator persebaran intrusi air asin di Jakarta.
3.
Intrusi air asin yang terjadi di Jakarta sebagian
besar penyebabnya adalah keberadaan conate
water (air purba) yang mempengaruhi salinitas air tanah sekitarnya.
Pengaruh intrusi akibat air laut pada aquifer air tanah juga terjadi sepanjang
pesisir pantai utara Jakarta.
4. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa permasalahan banjir disebabkan oleh karena
buruknya sistem manajemen atau pengelolaan DAS. Permasalahan yang telah
terlanjur menjadi besar ini bahkan menjadi semakin kompleks. Baik aparat Pemda
dari tingkat Kotamadya sampai tingkat Kelurahan dan juga didukung oleh pihak
swasta, LSM-LSM, serta masyarakat telah menyadari bahwa permasalahan banjir ini
harus diurai berdasarkan faktor-faktor penyebabnya dan selanjutnya tahap demi
tahap program penanggulangan banjir diprioritaskan untuk dilaksanakan dengan
komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder.
DAFTAR
PUSTAKA
Matahelumua Bethy C. 2010. Kajian
Kondisi Air Tanah di Jakarta tahun 2010. Jurnal Lingkungan dan
Bencana Geologi Vol. 1, No. 3, Desember 2010, halaman : 131 – 149
Octonovrilna, L dan Pudja, I Putu. 2009. Analisa Perbandingan Anomali Gravitasi
dengan Persebaran Intrusi Air Asin (Studi Kasus Jakarta 2006 - 2007). Jurnal
Meteorologi dan Geofisika BMKG Vol. 10 No. 1, Juli 2009, halaman : 39 – 57
Rahardjo
Nugro P. 2009 Masalah Banjir Sebagai
Akibat dari Buruknya Sistem Pengelolaan DAS. Jurnal Hidrosfir Indonesia Volume 4 No.1,
April 2009, halaman 1 - 8
No comments:
Post a Comment