Sunday, September 29, 2013

Tugas Modul 6 (Basic Coastal and Watershed Management)

REVIEW ARTIKEL
Review dilakukan terhadap artikel sebagai berikut:
1.
Penulis
:
Bethy C. Matahelumual
Tahun
:
2010
Judul
:
Kajian Kondisi Air Tanah di Jakarta tahun 2010
Jurnal
:
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi
Vol. dan halaman
:
Vol. 1, No. 3, Desember 2010, halaman : 131 – 149




2.
Penulis
:
Litanya Octonovrilna dan I Putu Pudja
Tahun
:
2009
Judul
:
Analisa Perbandingan Anomali Gravitasi dengan Persebaran Intrusi Air Asin (Studi Kasus Jakarta 2006 – 2007)
Jurnal
:
Jurnal Meteorologi dan Geofisika BMKG
Vol. dan halaman
:
Vol. 10 No. 1, Juli 2009, halaman : 39 - 57




3.
Penulis
:
P. Nugro Rahardjo
Tahun
:
2009
Judul
:
Masalah Banjir Sebagai Akibat dari Buruknya Sistem Pengelolaan DAS
Jurnal
:
Jurnal Hidrosfir Indonesia
Vol. dan halaman
:
Volume 4 No.1, April 2009, halaman 1 - 8

A.      PENDAHULUAN
            Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar. Paling sedikit ada tiga permasalahan mengenai sumber daya air di Jakarta yaitu kualitas air tanah, intrusi air laut/asin dan banjir.
            Air tanah termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui, meskipun memerlukan waktu lama pulu­han hingga ribuan tahun. Apabila air tanah tersebut telah mengalami kerusakan kuantitas dan kualitasnya, maka proses pemulihannya selain memerlukan waktu lama juga biayanya tinggi dengan teknologi yang rumit. Itupun belum tentu kembali ke kondisi semula. Laju perkembangan Kota Jakarta yang pesat pada setiap sektor kehidupan menyebabkan meningkatnya kebutuhan air bersih, diperkirakan 70% berasal dari air tanah. Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah terganggu, maka terjadi pergeseran pada sik­lus hidrologi yang terdapat di daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi dalam ben­tuk peningkatan dan pengurangan pada salah satu subsistemnya. Terganggunya subsistem air tanah di suatu daerah akan mengakibatkan menurunnya kuantitas dan kualitas air tanah di daerah tersebut, dan selanjutnya mengakibatkan penurunan kesejahteraan hidup masyarakat.
            Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya,  Proses masuknya air laut mengganti air tawar disebut sebagai intrusi air laut. Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan upconning. Intrusi air laut telah terjadi di beberapa tempat, terutama daerah pantai. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi air tanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan air tanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
            Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga diartikan sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan cara pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang tetap menetap dan bekerja di dekat sungai untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Masyarakat Jakarta yang terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
            Permasalahan sumber daya air di Jakarta ini kemudian diangkat oleh penulis dengan mengkaji satu persatu masalah menggunakan analisis dan pendekatan-pendekatan ilmiah.

B.       TUJUAN
1.    Mengetahui kualitas air tanah di Jakarta dan sekitarnya.
2.    Mendeteksi arah pergerakan dari intrusi air asin dan besar nilai kepayauan air di berbagai titik di Jakarta
3.    Mensosialisasikan penyebab terjadinya banjir dan sekaligus mencari solusi melalui cara seoptimal mungkin dalam upaya penanggulangan masalah banjir

C.      HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1.      Kualitas Air Tanah di Jakarta
Metode yang digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas air tanah di CAT Jakar­ta ini adalah analisis data primer yang berasal dari tujuh puluh percontoh air pada Sistem Akuifer Tidak Tertekan (kedalaman sumur < 40 meter), Tertekan Atas (kedalaman sumur antara 40 dan140 meter) dan Tertekan Bawah (kedalaman sumur > 140 meter). Kuantitas air tanah dilihat dari sebaran kedalaman sumur dan kedudukan muka air tanah (gambar 1) sedangkan kualitas air mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Standar Kualitas Air Minum dan sistem Storage and Retrieval (STORET) (Canter, 1977) tentang Klasifikasi Mutu Air Tanah. Analisis contoh air mengacu pada Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater (APHA, 1995) dan Standard Nasional Indonesia (BAPEDAL, 1994).

Kualitas air yang telah mengalami intrusi air laut dan berasa payau hingga asin umumnya ditemukan di daerah pantai Jakarta Utara, baik pada akuifer tidak tertekan, akuifer tertekan atas, maupun akuifer tertekan bawah, dan ada juga yang ditemukan di Bekasi Utara dan Jakarta Barat. Tingkat kegaraman air tanah pada setiap sistem akuifer di CAT Jakarta pada periode 2010 yang ditentukan berdasarkan angka daya hantar listrik, kadar ion natrium, khlorida, dan zat padat terlarut dapat dilihat sebagai berikut :
·      Pada sistem akuifer tidak tertekan, air payau ditemukan pada Kantor Kelurahan Kamal Muara dan PT. Multi Megah Mandiri, dengan harga daya hantar listrik berturut-turut 1992 μS/cm dan 2510 μS/cm, kadar ion klorida 324,5 mg/l dan 994,7 mg/l, sedangkan kadar zat padat terlarut yaitu 1516 mg/l dan 1908 mg/l. Kedua sumur ini berada di Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Kapuk Jakarta Utara. Air yang berasa asin ditemukan pada sumur gali milik Sahroni, dengan nilai daya hantar listrik 3690 μS/cm, kadar ion klorida 438,0 mg/l, dan zat padat terlarut 2800 mg/l. Sumur ini terletak di Kelurahan Pantai Makmur, Kecamatan Taruma Jaya, Bekasi Utara.
·      Pada sistem akuifer tertekan atas, air payau ditemukan pada sumur bor pantau milik Masjid Nurus Syifa, Desa Sunter Jaya, Kecamatan Sunter, Jakarta Utara; harga daya hantar listrik 1970 μS/cm, kadar ion natrium 420,0 mg/l, ion klorida 252,8 mg/l, sedangkan kadar zat padat terlarut yaitu 1498 mg/l.
·      Pada sistem akuifer tertekan bawah, air payau ditemukan pada PT. ABC Batteiy, Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat dengan harga daya hantar listrik 2060 μS/cm, kadar natrium 284 mg/l, klorida 412,5 mg/l dan zat padat terlarut 1566 mg/l. Percontoh air milik Mess Tongkol 10 yang berada di Kelurahan Ancol, Kecamatan Ancol, Jakarta Utara berasa asin, dengan harga daya hantar listrik 3270 μS/cm, kadar natrium 700 mg/1, klorida 44. Dari Seluruh percontoh air yang diambil dan dianalisis tidak ada yang memenuhi persyaratan kualitas air minum secara fisika kimia.
Berdasarkan hasil analisis kualitas air tanah yang kemudian dinilai dengan penilaian Sistem STORET diperoleh skor -104 pada akuifer tak tertekan, skor -86 pada akuifer tertekan atas, dan skor -70 akuifer tertekan bawah. Skor yang diperoleh pada ketiga jenis akuifer melebihi -31 yang berarti masuk kelas D atau Buruk. Jadi jika diurutkan skor Sistem STORET yaitu -104 > -86 > -70 maka secara berturut-turut mulai dari yang terburuk-lebih buruk-buruk yaitu sistem akuifer tak tertekan-akuifer tertekan atas-akuifer tertekan bawah.

2.      Intrusi Air Laut di Jakarta
Jakarta merupakan kota yang berada ditepi pantai, dimana memiliki struktur geologi yang cukup unik berupa cekungan yang berisi bermacam endapan. Pada jaman Holosen sepanjang pantai utaranya pernah tertutup lautan sehingga mengendapkan sedimen laut dangkal yang memiliki salinitas tinggi, serta sekumpulan air yang terjebak dalam proses geologi yang disebut Conate Water (air purba). Sekumpulan air ini memiliki konsentrasi kegaraman yang sangat tinggi, serta tekanan yang tinggi. Eksploitasi air tanah yang berlebihan dari aquifer memaksa conate water tersebut keluar menggantikan air tanah tawar menyebabkan intrusi laut terjadi. Efek lanjutan dari eksplotasi air tanah ini ialah subsidensi yang terjadi dengan adanya kontribusi dari penekanan bobot gedung bertingkat terhadap lapisan tanah. Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat mendeteksi percepatan intrusi air asin yang terjadi dalam bawah permukaan tanah dan seberapa luas persebarannya.
Intrusi air asin adalah suatu peristiwa penyusupan air asin ke dalam aquifer di mana air asin menggantikan atau tercampur dengan air tanah tawar yang ada di dalam akuifer. Istilah intrusi air asin (saline/salt water) sebetulnya mencakup hal yang lebih luas dibandingkan pengertian dari istilah intrusi air laut (sea water intrusion/encroachment) karena air asin tidak hanya berupa/berasal dari air laut. Intrusi air asin dapat terjadi di mana saja, bahkan di daerah pedalaman (inland). Air asin adalah semua air yang mempunyai kadar kegaraman yang tinggi. Tingkat kegaraman biasanya dicerminkan dari total kandungan zat terlarut (total dissolved solids -TDS). Air tanah tawar mempunyai TDS kurang dari 1000 mg/l. Sementara air tanah payau/asin TDSnya lebih dari 1000 mg/l. Kandungan unsur Cl- yang tinggi umumnya didapati pada air asin. Air asin adalah pencemaran yang paling umum ke dalam air tanah.
Air asin di dalam akuifer dapat berasal dari : (Journal Hydraulics, ASCE, 1969)
·      Air laut di daerah pantai,
·      Air laut yang terperangkap dalam lapisan batuan yang diendapkan selama proses geologi (conate water),
·      Garam di dalam kubah garam, lapisan tipis atau tersebar di dalam formasi geologi (batuan),
·      Air yang terkumpul oleh penguapan di laguna, empang atau tempat-tempat lain yang terisolasi,
·      Aliran balik ke sungai dari lahan irigasi,
·      Limbah asin dari manusia.
Penyusupan ini akan menyebabkan air tanah tidak dapat dimanfaatkan, dan sumur yang memanfaatkannya terpaksa ditutup atau ditinggalkan. Intrusi sebenarnya baru akan terjadi karena adanya aksi, dalam hal ini pengambilan air tanah. Intrusi adalah reaksi dari aksi tersebut, dan mengubah keseimbangan hidrostatik alami antar-muka (interface) air tanah tawar dan air asin.

Anomali Selisih g Observasi

Dari peta anomali Selisih g Observasi terlihat wilayah Jakarta secara umum memiliki nilai anomali dalam rentang -0.340781656 s.d 0.21225204 mgal. Pada gambaran peta anomali, anomali g Observasi tinggi terlihat mulai dari sebelah timur laut Jakarta, serta terkonsentrasi pada bagian pusat Jakarta. Penulis mencoba membandingkan dengan informasi persebaran gedung tinggi di Jakarta, dimana diketahui bahwa pemusatan gedung tinggi di Jakarta sebagian besar terpusat diwilayah tengah, yaitu kecamatan Setiabudi, Menteng, Gambir, Tanah abang, Grogol Petamburan. Dapat disimpulkan telah terjadi subsidensi didaerah-daerah tersebut akibat dari eksploitasi air tanah berlebih yang menimbulkan kekosongan massa yang cukup besar, serta didukung pula oleh tekanan dari gedung-gedung bertingkat. Hal tersebut barubaru ini terjadi di kawasan Sarinah, dimana terjadi amblesan disalah satu bagian bangunannya.
Anomali rendah yang tersebar diseluruh bagian Jakarta, kecuali Barat, Pusat dan Timur laut Jakarta mengindikasikan adanya kekosongan massa yang cukup besar dalam periode 2006-2007, ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya aliran fluida yang keluar dari dalam aquifer ke permukaan. Yang tidak didukung dengan pengisian kembali oleh air hujan. Namun di daerah tersebut belum tampak terjadinya subsidensi.

Tingkat Kepayauan Air Jakarta
Peta hasil pengolahan data yang penulis dapatkan berdasarkan nilai klorin sebagai salah satu indikasi kepayauan air di berbagai titik di jakarta, menunjukan bahwa adanya kontur nilai tertinggi terkonsentrasi pada bagian barat laut Jakarta, ini membuktikan kebenaran adanya intrusi air asin di daerah tersebut. Arah kontur peta hasil kepayauan air yang mengarah ke selatan, jika dibandingkan dengan peta jalur aliran sungai, terlihat bahwa adanya hubungan antara jalur air sungai dengan sifat kimiawi kepayauan air tanah di bawahnya, namun pengaruhnya hanya sedikit.

Dapat disimpulkan bahwa terjadi intrusi air asin disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam skala kecil. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa intrusi tersebut bukan berasal dari air asin, melainkan limbah pencemaran lingkungan yang terkandung dalam air sungai.

Perbandingan Hasil Pemetaan Selisih G Obs dengan Pemetaan Kepayauan Air Serta Data Pendukung Lainnya
Berdasarkan peta kepayauan air terlihat bahwa nilai kepayauan air tertinggi terdapat pada bagian barat laut jakarta, daerah ini sesuai dengan pemetaan daerah anomali gravitasi terendah. Hal ini mengindikasikan adanya intrusi air asin yang berasal dari daerah tersebut menuju ke pusat. Namun yang patut dipertanyakan adalah mengapa nilai kepayauan ekstrim ini tidak menyebar secara merata diseluruh pantai utara melainkan hanya terdapat pada bagian barat saja. Maka penulis mencoba membandingkan dengan sejarah geologi dari beberapa literatur yang menyebutkan bahwa daerah Cengkareng, Sunter, hingga Gambir pada jaman Holosen terendam oleh Laut Jawa yang kemudian mengalami proses geologi membentuk sedimen laut yang memiliki salinitas tinggi, juga sekumpulan air yang terjebak dalam lipatan yang disebut Conate water (air purba). Conate water ini memiliki kadar salinitas yang tinggi juga tekanan yang tinggi. Conate water tidak akan mempengaruhi air tanah jika tidak terjadi pengambilan air tanah secara berlebihan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa intrusi air asin yang terjadi didaerah tersebut disebabkan oleh pengaruh conate water yang mempengaruhi air tanah sekitarnya.
Kemudian pada peta anomali selisih g observasi terdapat anomali gravitasi tinggi dikawasan timur laut Jakarta, pada daerah yang sama terdapat kontur kepayauan yang cukup tinggi. Selain itu dilihat dari data geografi dikatakan bahwa didaerah tersebut merupakan daerah yang memiliki bangunan yang tinggi serta komplek pabrik yang menyedot air tanah besar-besaran, seperti didaerah Kelapagading, Pulogadung, dsb. Ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut telah terjadi subsidensi dan telah terpengaruh intrusi yang diakibatkan air laut. Didaerah tersebut juga merupakan daerah rawan banjir terbesar di Jakarta.
Perkiraan arah pergerakan intrusi air asin ini dimulai dari bagian barat Jakarta yang akan terus menuju ke bagian pusat Jakarta dimana memiliki kekosongan massa, juga tekanan yang rendah. Percepatan laju intrusi air asin ini sejalan dengan eksploitasi air tanah yang terus menerus, akibat porositas batuan yang besar.
Dalam kaitannya dengan tekanan, subsidensi dapat menghambat laju intrusi air asin, dikarenakan gaya yang mendorong kebawah lapisan bumi menambah tekanan yang sempat hilang akibat eksplotasi air tanah, namun hal tersebut menjadi salah satu faktor dimana terdapat faktor - faktor lain yang mempengaruhi.


3.      Masalah Banjir di Jakarta
Banjir adalah masalah berat yang sangat pelik bagi sebagian besar wilayah di Indonesia. Setiap musim hujan tiba, kota-kota dan daerah di Pulau Jawa bagian utara selalu menjadi korban bencana banjir. Meluapnya banjir yang terjadi bisa mencapai beberapa kali dalam setiap musim hujan dan bahkan setiap banjir yang terjadi ada yang berdurasi lebih dari 3 hari lamanya. Akibatnya kerugian yang sangat besar harus ditanggung oleh seluruh komponen, baik masyarakat, sektor swasta maupun pemerintah daerah. DKI Jakarta tidak terlepas dari per-masalahan banjir ini. Hari Jumat, 1 Februari 2008 Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) memperoleh curah hujan yang sangat tinggi, sehingga banjir besar terjadi dimana-mana.
Ada tujuh penyebab banjir di Jakarta yaitu :
·      Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan
·      Tidak adanya pola hidup bersih di masyarakat
·      Tidak adanya perencanaan dan pemeliharaan sistem drainase yang baik
·      Tidak adanya upaya konservasi faktor penyeimbang lingkungan air
·      Tidak adanya konsistensi pihak berwenang dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
·      Terjadinya penurunan muka tanah
·      Curah hujan yang sangat tinggi
Penanggulangan masalah banjir bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·      Konsistensi pembangunan berwawasan lingkungan
·      Pola hidup bersih
·      Penerapan konsep “Water Front Villages
·      Penerapan “One River One Management
·      Pembuatan Resapan
·      Pencegahan Land Subsidence dengan cara Ground Water Injection
·      Peningkatan Koordinasi di antara seluruh Stakeholder

D.      KESIMPULAN
1.    Hasil analisis kualitas air tanah di CAT Jakarta tahun 2010 menunjukkan bahwa tidak ada per­contoh air tanah yang memenuhi persyaratan kualitas air minum, baik itu sumur gali, sumur pantek, sumur bor produksi, maupun sumur bor pantau sebagai sumber air minum. Kuali­tas air tanah di CAT Jakarta berdasarkan sistem STORET berturut-turut mulai dari yang buruk, lebih buruk dan sangat buruk adalah akuifer tertekan bawah, akuifer tertekan atas dan akui­fer tak tertekan.
2.    Anomali gravitasi dapat dijadikan sebagai indikator persebaran intrusi air asin di Jakarta.
3.    Intrusi air asin yang terjadi di Jakarta sebagian besar penyebabnya adalah keberadaan conate water (air purba) yang mempengaruhi salinitas air tanah sekitarnya. Pengaruh intrusi akibat air laut pada aquifer air tanah juga terjadi sepanjang pesisir pantai utara Jakarta.
4.    Secara umum dapat disimpulkan bahwa permasalahan banjir disebabkan oleh karena buruknya sistem manajemen atau pengelolaan DAS. Permasalahan yang telah terlanjur menjadi besar ini bahkan menjadi semakin kompleks. Baik aparat Pemda dari tingkat Kotamadya sampai tingkat Kelurahan dan juga didukung oleh pihak swasta, LSM-LSM, serta masyarakat telah menyadari bahwa permasalahan banjir ini harus diurai berdasarkan faktor-faktor penyebabnya dan selanjutnya tahap demi tahap program penanggulangan banjir diprioritaskan untuk dilaksanakan dengan komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder.


DAFTAR PUSTAKA

Matahelumua Bethy C. 2010. Kajian Kondisi Air Tanah di Jakarta tahun 2010. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 1, No. 3, Desember 2010, halaman : 131 – 149
Octonovrilna,  L dan Pudja, I Putu. 2009. Analisa Perbandingan Anomali Gravitasi dengan Persebaran Intrusi Air Asin (Studi Kasus Jakarta 2006 - 2007). Jurnal Meteorologi dan Geofisika BMKG Vol. 10 No. 1, Juli 2009, halaman : 39 – 57

Rahardjo Nugro P. 2009 Masalah Banjir Sebagai Akibat dari Buruknya Sistem Pengelolaan DAS.  Jurnal Hidrosfir Indonesia Volume 4 No.1, April 2009, halaman 1 - 8

No comments:

Post a Comment